BADAN HUKUM CU MOTOTABIAN: Nomor : 07/BH/XXV.13/DPPPKM-KK/XII/2010, tanggal 16 Desember 2010

Sabtu, 21 Mei 2011

PERAN CREDIT UNION DALAM MEMBANGUN EKONOMI KERAKYATAN

          Filosofi dasar Credit Union adalah membantu diri sendiri dan sesama (self help and others) dan di Indonesia memiliki tiga pilar dalam mengembangkan Credit Union, yaitu : Pendidikan, Solidaritas dan Swadaya. Ketiga pilar ini harus dijalankan secara konsisten. Barang siapa yang tidak menjalankan ketiga pilar tersebut akan mengalami kendala dan masalah yang lebih besar dan kompleks dibandingkan dengan mereka yang menjalankan. Ketiga pilar ini merupakan suatu yang menjadi ciri khas dan sekaligus perbedaan Credit Union dengan koperasi yang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

Jumat, 20 Mei 2011

Tips Menghadapi Kejenuhan Dalam Bisnis

Ada saat dimana kita merasa begitu jenuh dengan rutinitas bisnis, tidak peduli seberapa besar kenaikan atau kemajuan yang sedang menghampiri bisnis kita.
Rasa ini mendadak saja datang, membuat kita tidak mampu berpikir jernih dan untuk sementara malas berbuat apa pun.
Sebagai manusia, wajar sekali kita dilanda kejenuhan. Anda bukan satu-satunya manusia di dunia ini yang mengalami tekanan ini. Saya dan siapa pun pasti pernah, jadi tetaplah berusaha menghadapi hal ini dengan jernih.
Caranya? Mari kita intip tips berikut :

Rabu, 18 Mei 2011

Koperasi dan UMKM Sebagai Penggerak Pemberdayaan Masyarakat & Kemandirian Bangsa

Koperasi dan UMKM Sebagai Penggerak
Pemberdayaan Masyarakat & Kemandirian Bangsa

T.Handono Eko Prabowo, MBA, Ph.D; Universitas Sanata Dharma - Yogyakarta
(Cuplikan Materi Seminar Nasional BKCU-K, 6 Mei 2011 di Jakarta)
ABSTRAK
Globalisasi, persaingan bebas dan sistim perekonomian yang kapitalistis ditengerai menjadi ”biang kerok” hancurnya sendi-sendi ekonomi dan kedaulatan negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Negara semakin tidak mampu lagi menentukan nasib negaranya termasuk membuat kebijakan yang sesuai dengan kepentingan rakyatnya. Negara terlalu sering ”tidak hadir” di tengah penderitaan rakyatnya sendiri. Kapitalisme global begitu menjerat, menyandera, dan ”merebut” kedaulatan sosial ekonomi di Indonesia. Arah ekonomi Indonesia semakin “merisaukan” dan ”roh pembangunan” untuk rakyat semakin hilang. Ekonomi pasar ”telah gagal” mengurangi kemiskinan dan gagal mengakhiri pengangguran. Pembangunan ”menggusur orang miskin” dan menjadikan mereka semakin termarginalisasi ”bukan menggusur kemiskinan”. Maka rakyat dengan segala kekuatan transformatif yang dimilikinya mau tidak mau harus siap menyelamatkan dirinya sendiri untuk terhindar dari kondisi yang lebih buruk. Rakyat memiliki potensi kekuatan transformatif luar biasa seperti koperasi credit union dan UMKM sebagai penggerak ekonomi rakyat. Apabila kekuatan-kekuatan transformatif dikelola dengan baik maka rakyat mampu membentuk konstruksi masyarakat yang dicita-citakan. Masyarakat yang berdaulat secara sosial ekonomi, sejahtera dan lebih bermartabat.


1.      PENDAHULUAN

Selasa, 17 Mei 2011

MAMPUKAH CREDIT UNION BERTAHAN 100 TAHUN LAGI ?

MAMPUKAH CREDIT UNION
BERTAHAN 100 TAHUN LAGI ?
Oleh : Paul Soetopo
(Cuplikan Materi Seminar Nasional BKCU-K, 6 Mei 2011 di Jakarta)

Pendapat saya berikut saya tarik dari pengalaman saya yang lebih dari 30 tahun berada di Bank Sentral sebagai Regulator bank-bank dan LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank) serta keterlibatan saya selama beberapa tahun di Kantor Pusat International Monetary Fund (IMF) di Washington DC, Amerika Serikat. Beberapa tahun terakhir ini saya dilibatkan oleh Bapak A.R. Mecer, Ketua BKCU-K, untuk mendalami – secara teoritis dan praktek – Credit Union.

Sehubungan dengan itu perkenankanlah saya memberikan beberapa catatan sesuai pemahaman saya selama ini sebagai berikut :

Kamis, 12 Mei 2011

EKSISTENSI DAN PARTISIPASI KOPERASI CREDIT UNION DALAM MEMBANGUN "EKONOMI KERAKYATAN" DI INDONESIA

EKSISTENSI DAN PARTISIPASI KOPERASI CREDIT UNION DALAM MEMBANGUN "EKONOMI KERAKYATAN" DI INDONESIA
(Cuplikan Materi Seminar Nasional BKCU Kalimantan. Jakarta, 6 Mei 2011)

Ada tiga pelaku utama ekonomi di Indonesia yang berperan penting dalam menggerakkan perekonomian nasional, yaitu BUMN, swasta dan koperasi. Namun dalam perkembangannya, sejak negara ini dibangun sampai saat ini, posisi tawar BUMN dan swasta dalam menguasai sumberdaya ekonomi sangat jauh lebih kuat dibandingkan dengan koperasi. Bahkan memasuki akhir tahun 1992 dalam perekonomian global muncul trend ekonomi berbasis konglomerasi. Hal ini berpengaruh kuat dalam perekonomian bangsa dan membuat kehidupan koperasi dan semangatnya semakin tidak begitu populer lagi. Bahkan dalam sebagian masyarakat Indonesia muncul pertanyaan : Apakah dalam era globalisasi ini masih relevan mengembangkan koperasi di Indonesia ?

Namun krisis moneter yang melanda beberapa negara di kawasan Asia (Korea, Thailand, Indonesia, Malaysia) pada tahun 1997 memberikan pembelajaran yang sangat berharga bagi pengambil kebijakan dan keputusan serta pengaturan regulasi bahwa sesungguhnya pengembangan ekonomi bangsa yang berbasis konglomerasi itu rentan terhadap badai krisis moneter. Sementara itu, pada saat yang sama kita dapat menyaksikan bahwa ekonomi kerakyatan dan lembaga keuangan mikro (diantaranya adalah koperasi) - yang sangat berbeda jauh karakteristiknya dengan ekonomi konglomerasi - mampu menunjukkan daya tahannya terhadap gempuran badai krisis moneter yang melanda Indonesia. Lembaga keuangan mikro terbukti telah dapat menjaga kesinambungan hidupnya dengan mandiri. Melalui keuangan mikro kebangkitan ekonomi rakyat maupun pengurangan kemiskinan, akan dilakukan oleh rakyat sendiri. Masyarakat menemukan jalannya sendiri untuk mengatasi persoalan yang mereka hadapi (Martowijoyo, 2002).

Dari sekian banyaknya jenis koperasi di Indonesia, yang berkembang dengan baik dan mandiri adalah jenis koperasi CREDIT UNION, yang oleh jajaran pemerintah dikenal dengan panggilan KOPDIT (Koperasi Kredit) dan oleh masyarakat lebih akrab disebut CREDIT UNION. Beberapa media massa memberitakan bahwa Credit Union (CU) sebagai lembaga keuangan mikro non bank, dapat melakukan kegiatan-kegiatan keuangan mikro (micro finance) dengan amat baik, yakni menyediakan jasa keuangan dan pengembangan kapasitas bagi anggotanya.

Karakteristik dasar Credit Union sesungguhnya membangun karakter anggota sebagai kunci keberhasilan melalui tiga pilar yaitu, pendidikan, swadaya dan solidaritas. Melalui pendidikan terus menerus kepada anggota baru maupun penyegaran kepada anggota lama ditingkatkanlah kesadaran tentang makna swadaya dan solidaritas serta pemahaman tentang tata kelola Credit Union yang baik. Hal ini menciptakan kekuatan mental yang terekspresi dalam kesetiaan menjadi "penabung dan peminjam yang baik".

Credit Union di Indonesia, secara nasional pada tingkat Induk Koperasi Kredit (INKOPDIT) telah mencapai 34 Puskopdit/ pra Puskopdit dengan jumlah 943 Credit Union Primer 1.543.151 orang (anggota) dan asset Rp. 9,650 Triliyun per Desember 2010. Puskopdit BKCU Kalimantan adalah anggota INKOPDIT memiliki 46 Credit Union Primer tersebar di Kalimantan, Jakarta, Jawa Tengah, Jogjakarta, Sulawesi, NTT, Maluku dan Papua terdiri dari 453.100 orang (anggota) dengan asset Rp. 4,008 Triliyun per Desember 2010. Kondisi tersebut jelas mempunyai arti dan kontribusi dalam membangun "ekonomi kerakyatan" di negeri ini. Kinerja tersebut memotivasi dan memberi inspirasi pelaksanaan seminar nasional dengan tujuan sebagai berikut :

  • Memahami dan mencermati kembali paradigma eksistensi dan perkembangan koperasi Credit Union  baik di tingkat primer, sekunder dan induk sebagai pelayanan jasa keuangan dan pemberdayaan masyarakat/anggotanya di Indonesia.
  • Mengembangkan kerangka kerja untuk memahami lebih luas dan mendalam mengenai peran koperasi Credit Union sebagai kebangkitan ekonomi rakyat dalam tatanan ekonomi Indonesia dan pemberdayaan khususnya.
  • Memahami berbagai kendala penerapan perpajakan terhadap Koperasi dan UKM pada era kebangkitan ekonomi rakyat agar diperoleh kerangka konsep yang sesuai dalam pengembangan dan penetapan regulasi terhadap lembaga keuangan mikro yang layak bagi masyarakat ekonomi lemah.

Entri Populer